MAKALAH SEJARAH
PERTEMPURAN MEDAN AREA
Disusun oleh : Kelompok 2
1. Annisa Kusumawati (04)
2. Dias Anggi
Ramadhini (09)
3. Erlina
Dewiditayani (11)
4. Laila Fauzizah (17)
5. Setyo Aji Saputro (29)
6. Zulaihatunnisa (32)
Kelas : XI MIPA 1
SMA NEGERI 3 PURWOREJO
TAHUN 2017
A.
SEJARAH
PERTEMPURAN MEDAN AREA
Pertempuran Medan Area merupakan
salah satu dari rangkaian pertempuran di Indonesia yang terjadi setelah
Indonesia merdeka. Pertempuran ini berlangsung dari tanggal 13 Oktober 1945 dan
seharusnya terjadi gencatan senjata pada tanggal 3 November 1946. Pada tanggal
15 November, pendudukkan Inggris atas Indonesia diserahkan sepenuhnya kepada
Belanda secara resmi, dan tak butuh waktu lama untuk Belanda melanggar gencatan
senjata yang sudah ditentukan karena pada tanggal 21 November, Belanda sudah
mulai melakukan perampasan akan harta-harta milik penduduk dan menembaki pos
pasukan di Stasiun Mabar dan Padang Bulan keesokan harinya. Perang yang terjadi
ini merupakan perang antara rakyat Indonesia di Sumatera Barat melawan tentara
Inggris dan Sekutu.
Sepuluh hari setelah memproklamirkan
kemerdekaan di Jakarta, baru pada tanggal 27 Agustus 1945, Medan mendengarkan
secara langsung proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Muhammad
Hasan yang saat itu ditunjuk sebagai gubernur Sumatera pada kabinet
presidensial milik Soekarno. Untuk merespon berita proklamasi ini, Ahmad Tahir
kemudian membentuk Pemuda Indonesia. Pada tanggal 29 September, koran Medan
yang bernama “Pewarta Deli” memberi kabar bahwa Republik Indonesia telah
runtuh, dan mengikuti pemberitaan ini, nasionalis lokal kemudian mengadakan
sebuah pertemuan dimana T.M. Hassan menyatakan bahwa berita ini bohong. Hal ini
disusul dengan sebuah pidato oleh Abdoel’karim M.S. yang membuat orang-orang
yang hadir menjadi bersemangat. Pada saat ini, tidak ada yang menyangka bahwa
akan terjadi sebuah perang yang tercatat sebagai sejarah pertempuran Medan Area di buku sejarah
anak cucu mereka.
Pada tanggal 7 Oktober 1945,
Presiden Soekarno membubarkan Badan Keamanan Rakyat. Dua hari setelah itu,
Presiden Soekarno memerintahkan pembentukan sebuah badan baru yang mampu
membantu pengamanan daerah Sumatera, sehingga dibentuklah Tentara Keamanan
Rakyat yang merupakan hasil peningkatan fungsi BKR sebelumnya, dan
tentara-tentara inti dalam TKR ini juga adalah bekas prajurit-prajurit PETA.
Hal ini disebabkan karena Soekarno mulai merasa bahwa daerah Indonesia agak sedikit
tidak aman, terlebih dengan kedatangan lagi tentara Sekutu setelah Jepang
menyerah.
Prediksi Soekarno tepat, dimana pada
tanggal 10 Oktober 1945 tentara Sekutu brigade-4 Divisi India ke-26 mendarat di
Sumatera Utara dengan Jenderal T. E. D. Kelly sebagai pemimpin mereka. Hal ini
menjadi coretan pertama dalam sejarah
pertempuran Medan Area, dan seperti di tempat lain, kedatangan Kelly
juga bersamaan dengan pasukan Netherlands-Indies Civil Administration
(Pemerintahan Sipil Hindia Belanda, disingkat NICA). Begitu para tentara Sekutu
ini tiba, mereka disambut oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara yang
membolehkan mereka untuk berlama-lama di beberapa hotel Medan yang sudah
disiapkan yang antara lain adalah Hotel de Boer, Astoria, dan Gedung NHM. Kelly
menyatakan bahwa tujuannya datang ke Indonesia adalah untuk mengambil kembali
tawanan dari kamp-kamp yang ada dan memulangkan mereka.
Esoknya, tim Relief of Allied
Prisoners of War and Interness (RAPWI) mulai bekerja dan mendatangi beberapa
kamp tawanan untuk membawa mereka ke Medan. Hal ini tentu saja disetujui oleh
Teuku Muhammad Hasan yang saat itu adalah Gubernur Sumatera, karena tujuannya
baik. Meski telah mendapat kepercayaan, tentara Inggris nampaknya tidak bisa
menjaga kepercayaan dengan baik, sehingga mereka malah mempersenjatai
tentara-tentara yang baru saja dibebaskan, dan membentuk Medan Batalyon
Koninklijk Nederlands-Indische Leger (Tentara Kerajaan Hindia Belanda,
disingkat KNIL) dimana pasukan KNIL ini terdiri dari bekas tawanan yang tadi
dipersenjatai.
Awalnya, rakyat masih bisa bersabar
terhadap sifat sombong yang ditunjukkan oleh anggota KNIL. Hal ini bisa mereka
pahami, karena para anggota KNIL tadinya sempat ditawan dan kini diberikan
senjata, membuat diri mereka merasa menjadi lebih kuat. Namun amarah para
pejuang tak lagi bisa terbendung ketika pada 13 Oktober 1945, satu tentara NICA
merampas lencana Merah Putih dan menginjak-injaknya ditanah. Hal ini menjadi
bensin bagi api yang masih membara di jiwa para prajurit, menuntun kepada dimulainya
sejarah pertempuran Medan Area.
Lima hari setelah insiden lencana yang seakan memprovokasi, Kelly mengeluarkan
sebuah ultimatum yang melarang bangsa Indonesia membawa senjata, dan
senjata-senjata yang sudah dimiliki harus diserahkan kepada tentara sekutu, dan
hal ini juga berlaku untuk komandan pasukan Jepang yang saat itu masih berada
di Indonesia agar mereka tak bisa meminjamkan atau memberikan senjata mereka
pada TKR.
Sebenarnya yang menjadi pemicu utama
perang mulai pecah adalah tragedi lencana pada tanggal 13 Oktober. Seusai
penginjak-injakkan lencana, tentara yang merampas lencana itu segera diserang
dengan berbagai senjata yang sedang dipegang oleh tentara pemuda. Peristiwa
tadi menyebabkan meninggalnya opsir dan 7 serdadu NICA. Pada 16 Oktober, salah
satu pemimpin Laskar Rakyat menyerang gudang persenjataan Jepang demi memperkuat
tenaga api mereka sendiri. Setelah berhasil, serangan dilanjutkan dengan markas
Belanda di Glugur Hong dan Halvetia yang menjadi sasara berikutnya. Serangan
malam ini berhasil mengambil nyawa 5 orang tentara KNIL.
Setelah pemindahan lokasi
pemerintahan menjadi ke Pematan Siantar, Pertempuran Medan Area terus berlanjut
bahkan hingga akhir bulan Juli 1946. Pada 3 November, pihak Inggris mengusulkan
untuk mengadakan gencatan senjata dan pada tanggl 15 November memberikan
kontrol penuh kepada pihak Belanda untuk melanjutkan pendudukkan. Tak butuh
waktu lama bagi Belanda untuk melanggar gencatan senjata, dan lanjut merampas
harta-harta milik warga. Hal ini terus berlanjut hingga pada 1 Desember,
Belanda meminta penghentian tembak-menembak karena mulai terdesak. Karena tahu
akan kalah, Belanda mulai menggunakan segala taktik curang yang bisa mereka
gunakan. Melihat hal ini dan untuk mencegah adanya konflik yang lebih luas,
Soekarno memerintahkan penggabungan pasukan bersenjata kedalam Tentara Nasional
Indonesia pada 3 Mei 1947.
- Latar Belakang Pertempuran Medan Area
Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:
1. Bekas
tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah
seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah
putih. Insiden ini terjadi di hotel di Jalan bali, Medan pada tanggal 13
Oktober 1945. Saat itu seorang penghuni hotel (Pasukan NICA) merampas dan
menginjak-injak lecana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini
mengundang kemarahan para pemuda. Akibatnya, terjadi perusaka dan penyerangan
terhadap hotel yang banyak dihuni pasikan NICA.
3. Pemberian
batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang papan pembatas
yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” di sudut-sudut pinggiran Kota
Medan.
Pada tanggal 18 Oktober 1945 Sekutu
mengeluarkan ultimatum yang isinya :
1. Melarang
rakyat membawa senjata.
2. Semua
senjata harus diserahkan kepada pasukan Sekutu.
Karena ultimatumnya tidak dihiraukan
oleh rakyat Medan, Pasukan Sekutu mengerahkan kekuatannya untuk menggempur kota
Medan dan sekitarnya. Serangan Sekutu ini dihadapi dengan gagah berani oleh
pejuang RI dibawah koordinasi kolonel Ahmad Tahir.
- JALANNYA PERTEMPURAN
Pada tanggal 18 Oktober 1945, Sekutu
mengultimatum rakyat Medan untuk menyerahkan senjatanya.NICA melakukan aksi
teror yang menyebabkan pecahnya pertempuran sehingga banyak korban di pihak
Inggris. Tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan yang
bertuliskan Fixed Boundaries
Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan. Pada bulan April
1946 pasukan Sekutu berhasil mendesak pemerintah RI keluar Medan. Pasukan
Inggris dan NICA mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di
kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan
kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali.
- AKIBAT PERTEMPURAN
Pertempuran Medan Area berakhir pada
15 Februari 1947 pukul 24.00 setelah ada perintah dari Komite Teknik Gencatan
Senjata untuk menghentikan kontak senjata. Sesudah itu Panitia Teknik genjatan
senjata melakukan perundingan untuk menetapkan garis-garis demarkasi yang
definitif untuk Medan Area. Dalam perundingan yang berakhir pada tanggal
10 Maret 1947 itu, ditetapkanlah suatu garis demarkasi yang melingkari kota
Medan dan daerah koridor Medan Belawan. Panjang garis demarkasi yang dikuasai
oleh tentara Belanda dengan daerah yang dikuasai oleh tentara Republik
seluruhnya adalah 8,5 Km. Pada tanggal 14 Maret 1947 dimulailah pemasangan
patok-patok pada garis demarkasi itu. Akan tetapi kedua pihak, Indonesia dan
Belanda, selalu bertikai mengenai garis demarkasi ini. Empat bulan setelah
akhir pertempuran ini, Belanda melaksanakan Operatie Product atau disebut
Agresi Militer Belanda I.
- AKHIR PERTEMPURAN
Pada tanggal 10 Agustus 1946 di
Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan yang berjuang
di Medan Area.Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya satu komando yang
bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komando tersebut
meneruskan perjuangan di Medan Area.